
Mengapa Belajar Survival?
MANUSIA MERDEKA DI NEGARA RAWAN BENCANA
Fakta 1 – BENCANA, SEBUAH NISCAYA
Bencana adalah sebuah keniscayaan!
Sebab, kita hidup di sebuah planet yang hidup. Sebuah dunia yang bergerak dan berubah. Selain itu, manusia mengembangkan cara hidup sendiri, dengan apa yang disebut ilmu pengetahuan dan teknologi. Cara hidup bumi dan cara hidup manusia, tidak selalu harmonis. Pergesekan terjadi dan kerap melahirkan bencana.
Secara teoritis, ada banyak batasan bencana berdasarkan jenis, cakupan dan sifatnya.
Berdasarkan jenis, ada dua jenis bencana :
NATURAL DISASTER – Bencana Alam yaitu bencana yang ditimbulkan oleh gejala alam yang terjadi karena beragam sebab. Rentangan jenis ini amat panjang.
• Bencana vulkanik ; gempa vulkanis, tanah longsor dan sinkhole - tanah terban.
• Bencana geologis ; tanah longsor, sink-hole-tanah terban, gempa bumi dan sebagainya.
• Bencana klimatologis ; angin puting-beliung, tornado, badai, gelombang panas-dingin, kekeringan dan sebagainya.
• Bencana hidrologis ; banjir, air bah, tsunami dan sebagainya.
• Bencana kosmis : meteor, ledakan radiasi matahari dan sebagainya
• Bencana lain yang disebabkan beragam faktor ; kebakaran hutan, semburan lumpur bawah tanah, ledakan gas bawah tanah dan sebagainya. Termasuk juga kelaparan akibat kegagalan panen dan perubahan suhu dan cuaca.
MAN-MADE HAZARD – Bahaya Yang Diciptakan Oleh Manusia yaitu bencana yang ditimbulkan oleh perilaku manusia dan ketidaknormalan fungsi-fungsi alat atau sarana lain buatan manusia. Sering disebut sebagai ARTIFICIAL DISASTER – bencana artifisial. Jenisnya antara lain :
• Banjir dan air bah dari kegagalan drainase dan bendungan
• Kegagalan fungsi reaktor nuklir
• Kegagalan fungsi sistem penyediaan air bersih dan energi listrik
• Kebakaran
• Wabah penyakit
• Kecelakaan transportasi massal
• Perang dan kegagalan sistem hukum dan ekonomi
Berdasarkan cakupan, pembagian bencana jauh lebih cair. Bencana dibagi sesuai jumlah korban ; INDIVIDUAL - individu (misalnya pendaki gunung yang tersesat), COMMUNITY - kelompok (misalnya sekelompok penumpang pesawat yang mendarat darurat) dan MASSIVE - massal (masyarakat sebuah kota pinggir pantai yang dilanda gempa dan tsunami). Lalu ada juga pembedaan berdasarkan cakupan wilayah ; LOCAL, NATIONAL, REGIONAL dan INTERNATIONAL. Tanah longsor, adalah bencana local. Sedangkan kekeringan bisa bercakupan nasional. Sementara gempa dan tsunami, bisa meliputi skala nasional, regional bahkan internasional.
Dari sifat, batasan bencana juga beragam. Ada yang PREDICTIBLE - bisa diperkirakan (walau tidak 100% tepat) dan UNPREDICTIBLE - tidak bisa diperkirakan. Ada pula bencana yang bersifat TEMPORARY - temporer dan GRADUALY - gradual.
Penting pula dicatat, batasan manapun yang dipakai, tidak ada bencana tunggal. Tiap bencana memicu bencana lain. Umumnya, bencana alam memicu bencana artifisial meskipun bencana artifisial juga bisa terjadi tanpa dipicu oleh bencana alam. Tsunami, misalnya, bisa memicu kelaparan dan penyebaran wabah penyakit. Begitu juga gempa bumi yang bisa memicu bencana artifisial (contohnya kegagalan reaktor nuklir).
Fakta 2 – INDONESIA, NEGARA DI TITIK 3 LEMPENG AKTIF DUNIA
Secara geografis, Indonesia terletak di antara dua benua ; Asia dan Australia, dan dua samudera ; Hindia dan Pasifik. Ini ada hubungannya dengan posisi Indonesia secara geologis.
Indonesia merupakan tempat dimana tiga lempeng utama dunia bertemu ;. Lempeng Pasifik, Lempeng Eurasia, dan Lempeng Indo Australia. Inilah yang menyebabkan Indonesia rawan bencana gempa. Lempeng Indo-Australia bergerak relatif ke arah utara dan menyusup ke bawah lempeng Eurasia. Sementara lempeng Pasifik bergerak relatip ke arah barat. Jalur pertemuan lempeng yang berada di laut, jika terjadi gempa bumi besar dengan kedalaman dangkal, berpotensi menimbulkan tsunami sehingga Indonesia juga rawan tsunami.
Pada daerah-daerah yang secara langsung menjadi titik pertemuan ketiga lempeng tersebut, seperti Sumatera Bagian Selatan, Jawa Bagian Selatan dan beberapa daerah lain, gempa dalam skala kecil seolah-olah menjadi santapan sehari-hari. Pertemuan ketiga lempeng tersebut, dalam peta vulkanologis dunia, membuat Indonesia berada pada jalur Cincin Api Pasifik ; gugusan gunung berapi di kawasan Pasifik yang mengakibatkan jalur yang dilalui rawan letusan gunung api dan gempa vulkanik.
Posisi geografis di antara dua samudera, juga membuat Indonesia rawan terhadap dua jenis bencana lain ; hidrologis dan klimatologis. Terutama setelah perubahan atmosfir dan iklim akibat ulah manusia. Beberapa bencana hidrologis dan klimatologis yang makin sering melanda Indonesia antara lain banjir, air bah, kekeringan, badai dan sebagainya.
Fakta 3 – INDONESIA, NEGARA PALING RAWAN BENCANA di DUNIA
Indonesia merupakan negara paling rawan bencana alam di dunia menurut United Nations International Stategy for Disaster Reduction – UNISDR ; Badan PBB untuk Strategi Internasional Pengurangan Risiko Bencana. Berbagai bencana alam mulai gempa bumi, tsunami, letusan gunung berapi, banjir, tanah longsor, kekeringan dan kebakaran hutan rawan terjadi di Indonesia. Untuk beberapa jenis bencana alam, Indonesia menduduki peringkat pertama dalam paparan terhadap jumlah manusia yang menjadi korban.
Dari berbagai jenis bencana alam, UNISDR merangking jumlah korban pada 6 jenis bencana alam yang meliputi tsunami, tanah longsor, banjir, gempa bumi, angin topan, dan kekeringan. Dari keenam jenis bencana alam tersebut, Indonesia menduduki peringkat pertama pada dua bencana alam yakni tsunami dan tanah longsor, peringkat ketiga pada gempa bumi dan peringkat keenam pada banjir. Hanya di dua bencana alam yakni kekeringan dan angin topan, Indonesia absen.
TSUNAMI (Tsunami) - dari 265 negara, Indonesia peringkat pertama dengan 5.5 juta orang korban. Mengalahkan Jepang 4.5 juta korban, Bangladesh 1.6 juta korban, India 1.2 juta korban dan Filipina 900 ribu korban.
TANAH LONGSOR (Landslide) - dari 162 negara Indonesia peringkat pertama dengan 200 ribu korban, mengungguli India 180 ribu korban, China 122 ribu korban, Filipina 111 ribu korban dan Ethiopia 65 ribu korban.
GEMPA BUMI (Earthquake) - dari 153 negara Indonesia peringkat ketiga dengan 12 juta korban setelah Jepang 13,5 juta korban dan Filipina 12,2 juta korban. Dua peringkat di bawah Indonesia adalah China 8.2 juta korban dan Taiwan 6,7 juta korban.
BANJIR (Flood) - dari 162 negara Indonesia berada diurutan ke-6 dengan 1,2 juta korban. Peringkat sebelumnya Bangladesh 19,3 juta korban, India 15,9 juta korban, China 3,9 juta korban, Vietnam 3,5 juta korban dan Kamboja 1,8 juta korban.
ANGIN TOPAN (Hurricane) - peringkat pertama Jepang dengan 22,6 juta korban disusul oleh Filipina, China, India, dan Taiwan.
KEKERINGAN - peringkat pertama China dengan 71,3 juta korban disusul India, Amerika Serikat, Pakistan, dan Ethiopia.
Fakta 4 – BENCANA, MEMBUNUH dan MENGHANCURKAN
Bencana menghancurkan dengan dua cara ; kematian dan trauma paska bencana. Keduanya merupakan dampak terparah dari sebuah bencana.
Kematian adalah kerugian terbesar, sebab kematian merupakan kerugian langsung terhadap ketersediaan sumberdaya manusia, terutama sumberdaya manusia yang terdidik dan terlatih. Dalam konteks ini, kerugian sangat besar dari hancurnya struktur dan infrastruktur sama sekali tidak sebanding. Sebab, struktur dan infrastruktur bisa dibangun kembali dengan cepat, sedangkan sumberdaya manusia terdidik dan terlatih membutuhkan waktu yang jauh lebih lama.
Trauma paska bencana mengakibatkan berkurangnya produktifitas manusia. Ini mengakibatkan menurunnya dinamika social, ekonomi dan budaya. Akibatnya, masyarakat korban bencana umumnya mengalami penurunan kualitas hidup secara social, ekonomi dan budaya. Jika tidak ditangani secara serius, penurunan kualitas hidup ini mengakibatkan pemiskinan secara structural.
Kematian atau trauma, dampak bencana membuat sebuah masyarakat menjadi rentan secara psikis dan psikologis. Dari sisi manusia, anggota masyarakat yang paling rentan terhadap dampak bencana adalah anak-anak, penyandang disabilitas, wanita dan manula.
Fakta 5 – MASYARAKAT dan PEMERINTAH YANG TIDAK TANGGAP BENCANA
Bencana, karena sifatnya yang kerap tidak terprediksi membuat masyarakat dan pemerintah seringkali bersikap reaktif ; bertindak setelah bencana terjadi.
Ini bisa dipahami, tapi tidak bisa diterima jika kita sadar besarnya kerugian yang mungkin diderita. Dari sisi birokratis kepemerintahan, lembaga-lembaga yang berkaitan langsung dengan bencana baru belakangan didirikan. Badan SAR Nasional, meski telah ada sejak lama, namun perannya terbatas pada beberapa jenis bencana saja. Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) yang didirikan pada 1 dasawarsa lalu, masih terus berusaha menjadi lembaga yang mampu secara signifikan berperan dalam masalah kebencanaan. Sebelumnya, kebencanaan merupakan suatu kondisi luar biasa yang penanggulangannya diserahkan pada Departemen Sosial – sekarang Kementerian Sosial.
Selain ketidak-pastian, sikap reaktif juga berakar pada sifat religious manusia Indonesia umumnya yang memandang bencana sebagai sebuah kehendak Tuhan ; teguran atau cobaan. Ini pun bisa dimengerti tapi tidak boleh dijadikan alasan untuk berpangku tangan. Satu dasawarsa ini mulai banyak lembaga swadaya masyarakat yang menjadikan kebencanaan sebagai masalah penting yang harus ditanggulangi serius. Gerakan filantropi juga menggeliat dengan gerakan relawan bencana. Sayangnya, banyak dari lembaga dan gerakan ini, lagi-lagi berkutat di skala penanggulangan bencana, bukan pada tahap persiapan menghadapi bencana.
Dengan kata lain, kita hidup di tengah-tengah masyarakat dan pemerintah yang tidak tanggap bencana!
Ini sesuatu yang tidak boleh dibiarkan, dimengerti dan diterima di sebuah negara berpenduduk hampir 300 juta jiwa yang berada di wilayah paling rawan bencana di dunia!
Tidak ada cara lain, kecuali membenturkan kesadaran individu, keluarga, masyarakat dan lembaga-lembaga pemerintah di semua tingkatan mengenai pentingnya kesiap-sagaan bencana.
MENGUBAH PARADIGMA ; hidup adalah hak dan kewajiban setiap orang yang diberikan oleh Tuhan YME. Menjadi hak bagi setiap orang untuk mempertahankannya dan menjadi kewajiban bagi setiap orang untuk memeliharanya. Dengan kesadaran tanggap bencana, pendidikan dan latihan kebencanaan, informasi akurat dan bisa dipercaya, maka usaha mempertahankan dan memelihara kehidupan itu bisa dilakukan tanpa mengorbankan harkat, martabat dan kemanusiaan seseorang,
MENGUBAH PARADIGMA ; bencana bisa terjadi di mana saja, kapan saja, pada siapa saja dalam beragam bentuk dan ukuran, dengan dampak yang tidak bisa diukur dan dalam jangka waktu yang tidak tertentu. Persiapan menghadapi bencana harus dilakukan dengan sadar dan terencana.
MENGUBAH PARADIGMA ; dampak bencana diderita oleh individu. Tiap-tiap individu harus memiliki pengetahuan dan keterampilan yang cukup untuk mempersiapkan diri menghadapi bencana dan mempertahankan hidupnya setelah bencana. Individu harus mampu menolong dirinya sendiri sebelum menolong orang lain.
MENGUBAH PARADIGMA ; bencana memang tidak bisa diprediksi secara akurat tapi bisa diperkirakan kemungkinannya. Berdasarkan asumsi kemungkinan, maka tiap individu harus berusaha mengukur kemungkinan bencana terjadi, dampak dan kesempatan bertahan hidup yang dimiliki tanpa harus menunggu instruksi atau keputusan pemerintah atau lembaga lain. Dalam konteks kemungkinan bencana, individu memiliki kebebasan tanpa batas untuk menentukan pilihan dan mengambil keputusan selama tidak merugikan orang lain. Kebebasan itu harus dihormati dan dihargai.

KAMI PERCAYA!
Kami percaya satu hal ; meski hidup adalah hak dan kewajiban manusia, kita tidak memilikinya! Kita hanya menjalaninya. Tuhan berkuasa atas segalanya dan Ia sudah memiliki rencana.
Karena itu kami percaya ; manusia hanya boleh berserah diri setelah ia berjuang tanpa henti.
Kami juga percaya bahwa keinginan untuk hidup bisa dilakukan dengan cara-cara yang manusiawi dan bermartabat.
Maka kami percaya, untuk itulah kita ada ; untuk membuktikannya pada dunia, bersama-sama...
MAHARANI NATADILAGA
Founder
Mantan Auditor pada lembaga penyandang dana internasional, anggota salah satu organisasi pegiat alam bebas terkemuka, ahli Sea-Survival, ibu dari dua orang anak, pencinta kopi, buku, diving dan travelling, tinggal di Bandung.
WENDY DANOEATMADJA
Founder
Jurnalis, penulis buku SURVIVAL - Panduan Untuk Semua Orang dan My Survival Sketchbook serta beberapa buku panduan bencana, anggota salah satu organisasi pegiat alam bebas terkemuka, lulusan terbaik pendidikan Asia Pasific Regional Volunteer Training & Exercise INTERSAR (sekarang INSARAG) tahun 1997, penyuka banyak hal (dari bandros hingga bandwith gratis), ayah dua orang anak, tinggal di Sukabumi.
JOGI AHMAD SUTISNA
DIRECTOR
Arsitek, pengusaha, anggota salah satu organisasi pegiat alam bebas terkemuka, Expedition Manager berpengalaman, ayah dua orang anak, penyuka airsoft gun, tinggal di Bandung.
DIANDRA NAYABRATA
Programme Manager
Aktif di International NGO ; Anti-Trafficking Internationale, anggota salah satu organisasi pegiat alam terkemuka, lajang, sukarelawan paling gigih memperjuangkan program Pelatihan Tanggap Bencana untuk Anak-Anak yatim Piatu dan Penyandang Disabilitas, pencinta airsoftgun dan bushcraft, tinggal di Bandung.
SAWUNGALIH EUGINIA
Marketing and PR Manager
Lajang berdarah Sunda-Cina-Australia ini aktif di badan PBB untuk anak-anak dan kini ditempatkan di Jambi untuk proyek Suku Anak Dalam, penyuka arung jeram dan penjelajahan gua, anggota salah satu organisasi pegiat alam terkemuka, bekerja di Jambi namun tinggal di Bandung.
INDHARWATI NURROCHIM
Head Of Instructor/Human Resources Manager
Perempuan langka yang mengenyam pendidikan SAR dari INTERSAR (kini INSARAG) dan menimba ilmu Survival pada Joint Exercise US Coast Guard dan FEMA saat menyelesaikan pendidikan Post Graduate-nya di Michigan, Amerika Serikat. Ibu seorang putri, anggota salah satu organisasi pegiat alam terkemuka di Jakarta, penyuka bushcraft dan rock climbing, tinggal di Jakarta.
HUMANITY & SOCIAL PROJECT
Situ Gunung Firecamp Survival School
Kami melakukan apa yang kami bisa dengan cara-cara yang kami mengerti dan kami percayai untuk menjadi apa yang kami ingini. Yang kami lakukan bukan hal besar, megah atau sempurna. Kami justru mencari kesalahan agar bisa diperbaiki, ketidakmengertian agar bisa dipuasi dan ketakutan agar bisa dikalahkan. Kami, ingin menjadi... dan mengerti.

SURVIVAL INDONESIA
Pelatihan Tanggap Bencana Anak-Anak Yatim Piatu (PTBAYP)
Kami percaya, saat bencana datang, Anda akan berjuang sampai mati untuk kelangsungan hidup anak-anak Anda.
Bagaimana dengan anak-anak yatim piatu yang hidup sebatang kara tanpa sanak saudara? Siapa yang akan mempertaruhkan nyawa untuk mereka?
Memberdayakan mereka agar tanggap dan terampil menghadapi bencana menjadi satu-satunya cara agar mereka memiliki kesempatan yang sama untuk bertahan hidup
Pendidikan Tanggap Bencana Untuk Anak-Anak Yatim Piatu dilaksanakan di daerah-daerah rawan bencana, berlangsung sepanjang tahun tanpa memungut biaya karena didanai dari 50% keuntungan usaha.
Dilaksanakan sejak 2013 dan sudah menjangkau 8 provinsi di Jawa, Sumatera serta Bali, NTB dan NTT. Lebih dari 5000 anak-anak yatim paitu telah mendapatkan pelatihan tanggap bencana dasar.

SURVIVAL INDONESIA
Pelatihan Anak-anak Disabiltas Tidak Mampu (PADTM)
Masyarakat tidak mampu memiliki lebih sedikit pilihan. Begitu juga penyandang disabilitas. Digabungkan, kedua kondisi ini menjadi faktor yang sangat mematikan.
Pelatihan Tanggap Bencana Untuk Anak-Anak Tidak Mampu Penyandang Disabilitas dilaksanakan 2 kali setahun di daerah-daerah rawan bencana, tanpa memungut biaya karena didanai dari 50% keuntungan usaha.
Dilaksanakan sejak 2015 dan menjangkau 4 provinsi di Jawa. Sekitar 200 anak-anak dari golongan tidak mampu penyandang disabilitas telah mendapatkan pelatihan tanggap bencana.
Tahap selanjutnya dari program ini adalah penyediaan Survival/Emergency Kits yang sesuai dengan kebutuhan anak-anak penyandang disabilitas ini.

SURVIVAL INDONESIA
Indonesia Disaster Volunteer Medical Response
Pendataan dan pembentukan sukarelawan dari kalangan medis untuk diterjunkan ke daerah-daerah bencana. Tercatat 79 dokter dan 121 individu dengan keterampilan medis lainnya tercatat dan bergabung.

BE PREPARE INDONESIA!
Penerbitan Media dan Pusat Informasi Kebencanaan Indonesia
Ini proyek impian kami.
Kami berharap bisa mengelola media komunikasi integral di semua lini (cetak, elektronik dan on-line) yang berisi informasi mengenai masalah dan peristiwa kebencanaan di Indonesia.
Jika proyek ini sudah berjalan, kami akan memberi ruang yang sangat luas bagi Anda untuk berpartisipasi di dalamnya.
Finger cross!
"Tidak ada yang salah dengan memiliki mobil mewah, uang berlimpah atau rumah yang indah. Tapi itu semua kemungkinan besar tidak bisa menyelamatkan Anda jika bencana terjadi. Sekarang ini - ditengah dunia yang makin rentan dan rapuh oleh kemudahan teknologi - tugas saya sebagai seorang ayah adalah menjamin kenyamanan dan keamanan keluarga ; istri dan anak-anak saya. Tapi tidak hanya itu. Tugas utama saya selanjutnya adalah mendidik mereka untuk bisa terus bertahan hidup jika bencana terjadi dan semua kenyamanan dan keamanan itu tercabut secara paksa. Tugas saya soal kenyataan tidak mengenakkan itu adalah mendidik mereka keahlian untuk bersikap adaptif dan kreatif serta meyakinkan bahwa kenyamanan dan keamanan itu serapuh kehidupan itu sendiri. Mereka harus siap untuk perubahan yang tidak menyenangkan. Karena itulah hidup : sebuah bahaya di depan mata - periculis in conspectu, yang berlangsung terus menerus dan tidak terduga. Keindahan hidup terletak pada keberanian kita menghadapi bahaya-bahaya itu dengan rendah hati, tabah dan berserah diri tapi tidak menyerah sebelum semua benar-benar selesai!" - Jonathan Waida.
Untuk info lebih lanjut, silahkan hubungi kami.